5 Kebohongan israel

ISRAEL memiliki lima kebohongan besar terkait alasan mereka melakukan pembantaian di Jalur Gaza.

Kebohongan itu sering diucapkan pihak Israel untuk memberi penekanan bahwa mereka berhak menggempur Jalur Gaza.

Kebohongan Pertama: Israel hanya menyerang wilayah militer Hamas dan bertujuan melindungi warga tak bersalah.
 Israel tak pernah targetkan membunuh warga sipil

Jalur Gaza adalah salah satu wilayah di dunia yang tergolong
berpenduduk padat (Berpenduduk 1,5 juta jiwa dengan panjang 50- an
kilometer dan lebar 10 kilometer atau sama dengan Makassar hingga
Pangkep).

Menurut hukum internasional, kehadiran pejuang di tengah-tengah
permukiman warga padat dengan maksud melindungi warga mereka dan lalu
dijadikan target oleh kekuatan militer adalah kejahatan perang.

Lebih dari itu, pihak Israel mengklaim target mereka hanya anggota Hamas, yang disebutnya

organisasi teroris.

Hamas dianggap bertanggung atas serangan roket ke wilayah Israel.

Roket-roket Hamas ini sama sekali tidak bisa dikatakan akurat
mengenai sasaran, bahkan jika Hamas menyerang membabi-buta di wilayah
Israel.

Namun, ketika serangan roket dari Gaza itu membunuh warga sipil Israel, itu juga sebuah kejahatan perang.

Hamas memiliki sayap militer. Bagaimanapun Hamas bukan sepenuhnya organisasi militer, tetapi ia memiliki tujuan politik.

Anggota Hamas adalah hasil pemilihan demokratis yang mewakili bangsa Palestina.

Sudah lusinan pemimpin Hamas diculik dan dipenjara di Israel tanpa ada persidangan.

Beberapa pemimpin Hamas lainnya dijadikan target pembunuhan seperti Nizar Rayan, seorang pejabat tinggi Hamas.

Untuk membunuh Rayan, Israel menyerang sebuah bangunan apartemen.

Serangan ini tidak hanya membunuh Rayan tapi juga membunuh dua istrinya, empat anak Rayan, dan enam orang lainnya.

Tak ada alasan apapun yang membenarkan serangan ke apartemen ini,
menurut hukum internasional. Ini tetap sebuah kejahatan perang.

Israel juga secara membabi buta menyerang tempat-tempat yang
berstatus dilindungi hukum internasional seperti masjid, penjara,
kantor polisi, sekolah, universitas, dan tentu saja rumah-rumah warga
sipil. Semua ini adalah kejahatan perang.

Lebih dari itu, Israel hanya memperbolehkan bantuan kemanusiaan dalam jumlah yang sangat sedikit.

Israel masih mengebom dan membunuhi warga sipil Palestina.

Korban luka tak terhitung lagi dan tak bisa mendapatkan perawatan medis secara layak.

Rumah sakit berusaha beroperasi dengan generator yang minim bahan bakar atau malah kehabisan sama sekali.

Para dokter tak memiliki peralatan memadai atau bantuan obat-obatan untuk merawat yang luka.

Para warga sipil ini, yang menjadi korban agresi Israel, bukanlah
anggota Hamas atau yang secara sah menjadi target militer, tapi mereka
menjadi korban langsung dari agresi ini.

Kebohongan kedua; Hamas melanggar gencatan senjata. Serangan roket Hamas bertanggung jawab atas Agresi Israel

Israel tidak pernah diamati bagaimana gencatan senjata itu lahir.

Dari awal, Israel mengumumkan bahwa Gaza adalah "zone keamanan
khusus" dan mereka juga mengumumkan bahwa bangsa Palestina yang masuk
ke Gaza bisa saja ditembak.

Dengan kata lain, Israel mengumumkan bahwa tentaranya akan
menembak petani dan individulainnya di tanah mereka sendiri. Ini bukan
hanya melanggar pengertian umum gencatan senjata, tapi juga hukum
internasional.

Meski terjadi insiden penembakan, termasuk membuat seorang warga
Palestina terluka, Hamas masih menaati gencatan senjata itu hingga 14
November saat gencatan senjata berakhir.

Namun, di saat itu pula, Israel melancarkan serangan udara yang menewaskan lima warga Palestina dan melukai beberapa lainnya.

Hamas kemudian melancarkan serangan balasan dengan menembakkan roket-roket ke wilayah Israel.

Serangan-serangan roket Hamas yang berlangsung hingga Desember ini
menjadi alasan utama Israel melakukan pengeboman membabi buta.

Jelas, ini adalah kesalahan Israel sendiri yang mulai melancarkan serangan roket setelah gencatan senjata berakhir.

Kebohongan ketiga; Hamas memakai tameng manusia, ini adalah kejahatan perang

Hingga sekarang tak ada fakta bahwa Hamas memakai tameng manusia.

Fakta sebenarnya adalah Jalur Gaza adalah wilayah kecil dengan kepadatan penduduk tinggi.

Israel memakai beberapa serangannya sebagai contoh Hamas memakai tameng manusia.

Pembunuhan terhadap Rayan yang juga menewaskan anggota keluarganya misalnya.

Tewasnya anak-anak Rayan dipakai Israel sebagai propaganda bahwa Hamas memakai tameng manusia.

Di bawah hukum internasional, tak ada sama sekali interpretasi yang bisa membenarkan alasan Israel itu.

Hamas sama sekali tidak memakai tameng manusia. Israel melakukan
kejahatan perang seperti yang tertulis dalam Konvensi Jenewa dan
seluruh hukum internasional yang berlaku.

Kebohongan keempat; Dunia Arab tidak menyalahkan agresi Israel karena mereka mengerti alasan Israel menggempur Gaza

Kebanyakan warga di negara Arab merasa dihina oleh Israel dan
mereka menemukan kenyataan bahwa pemerintahan resmi negara mereka tidak
menyalahkan pembantaian Israel.

Sederhananya, pemerintahan di Arab tidak mewakili perasaan warga Arab.

Kenyataannnya, nyaris seluruh warga di negara Arab berdemonstrasi,
tidak hanya mengutuk Israel, tapi juga memprotes sikap pemerintahan
negara mereka.

Lebih dari itu, penolakan dari negara Arab untuk membantu
Palestina bukan karena mereka setuju dengan tindakan Israel, tapi
mereka memberikan tekanan kepada Amerika Serikat (AS) yang mendukung
penuh agresi Israel.

Mesir, misalnya, yang menolak membuka perbatasan untuk mengizinkan
warga Palestina yang terluka dirawat di RS di Mesir, lebih berat
tergantung pada bantuan AS dan kritik lainnya yang melebar adalah
adanya pengkhianatan nyata dari Gaza Palestina.

Bahkan, Presiden Palestina Mahmoud Abbas sendiri juga menyalahkan Hamas atas jatuhnya ratusan nyawa di Gaza.

Warga Palestina juga menganggap Abbas berkhianat karena berkomplot dengan Israel dan AS saat pemilihan umum di Palestina.

Kebohongan kelima; Israel tidak bertanggung jawab atas tewas
ratusan warga sipil Palestina karena sudah dingatkan agar menghindar
target serangan

Israel mengklaim telah mengirim pesan melalui radio dan SMS kepada
warga sipil Gaza agar menghindar dari tempat-tempat yang akan dibom
Israel, sebelum pengeboman dilakukan.

Tapi, warga Gaza mau lari ke mana? Mereka terjebak di Jalur Gaza,
yang didesain sedemikian rupa oleh Israel agar tak satupun warga
Palestina yang keluar melalui perbatasan.

Israel juga merancang agar mereka tidak memiliki makanan, air, atau bahan bakar untuk bertahan hidup.

Israel juga merancang agar RS-RS di Gaza tidak memiliki listrik dan
suplai obat-obatan untuk merawat mereka yang terluka atau yang bertahan
hidup.
Dan Israel sengaja menyerang infrastruktur sipil dan bangunan lainnya yang berada di bawah perlindungan hukum internasional.

Tidak ada tempat aman di Jalur Gaza.



* Jeremy R Hammond, warga Michigan, AS, editor Foreign Policy Journal, jurnal yang khusus mengkritik kebijakan politik AS