Tokoh Yang Dapat Mengalahkan SBY

Hasil
pemilu legislatif yang sudah disimpulkan sementara dengan cara Quick
Count oleh beberapa lembaga survey yang ada, cukup mengangetkan bagi
sebagian besar partai politik. Partai Demokrat senang karena menang,
tetapi seperti dalam mimpi, antara percaya atau tidak, dan ingin sekali
cepat mengetahui hasil resmi dari KPU. Golkar juga agak Shock berat,
walaupun masih diurutan 3 besar… tetapi selisih dengan demokrat lumayan
besar.. lantas merasa penasaran dengan hasil resmi dari KPU, tidak
percaya pada Quick Count dan ingin segera mendapatkan hasil perhitungan
real baik dari sumber resmi KPU ataupun dari hasil perhitungan internal
partai, dan berharap agar Quick Count yang diselenggarakan itu salah.

hasil pemilu legislatif ini tentu akan
banyak merubah strategi yang akan dilakukan pada pemilihan presiden
nanti. dan nampak-nampaknya, karena keinginan untuk tetap dapat
berkuasa, dan menjadi partai penguasa, ada kemungkinan partai golkar
untuk kembali menggandengkan SBY dan JK sebagai pasangan.

Kamis, 09/04/2009 23:25 WIB
LSN: JK Bisa Bersanding Lagi dengan SBY
Muhammad Taufiqqurahman - detikPemilu
Jakarta - Partai Golkar telah mencalonkan Ketua Umumnya Jusuf Kalla
(JK) untuk maju sebagai capres dalam Pemilu 2009. Namun hasil quick
count dapat membuat JK bersanding lagi dengan SBY.
“Itu kan politik, siapa saja bisa menjilat ludahnya sendiri,” kata
peneliti senior Lembaga Survei Nasional (LSN) Denny Ramdhany di Menara
Kebun Sirih, Jakarta, Kamis (9/4/2009).
Menurut Denny, hasil quick count saat ini dapat membentuk tiga
kolalisi besar di antaranya adalah Partai Demokrat dengan Golkar, PDIP
berkoalisi dengan Gerindra dan PPP. Selain itu tidak menutup
kemungkinan koalisi antara partai-partai kecil.
“Kalau itu terjadi bisa ada tiga pasang calon presiden yaitu SBY, JK dan Megawati yang berpasangan dengan Prabowo,” katanya.
Menurut Denny penurunan suara PDIP disebabkan sikap Megawati yang
mengkritik program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Namun beberapa saat
kemudian sikap PDIP berubah dan mendukung program ini.
“Era Mega juga sudah selesai saat ini, sehingga jika Mega maju lagi tidak memiliki nilai jual,” katanya.
Sedangkan untuk Partai Golkar, Denny menilai, penurunan suara partai ini disebabkan adanya konflik internal.
( nal / anw )

Tentu saja keinginan JK dan partai
Golkar untuk kembali berkoalisi dengan SBY dalam pemilihan presiden
nanti bisa saja diterima atau ditolak oleh SBY dan partai Demokrat.

Tetapi jika SBY dan Demokrat menerima ajakan rujukan, maka kemungkinan besar capres lain yang maju (tentu saja diluar megawati) akan memiliki peluang yang sangat besar untuk memenangkan pilpres.

Hal ini didasari kenyataan bahwa kemenangan Partai Demokrat adalah hasil personal branding yang
dilakukan SBY, terutama dalam pemberantasan korupsi, yang membuktikan
bahwa SBY merupakan pribadi yang memiliki komitmen yang kuat, bahwa
ucapan dibuktikan dengan perbuatan. jika SBY dan JK kembali bergabung,
terlihat jelas bahwa posisi JK yang harus menjilat ludah kembali, (walaupun katanya hal ini biasa didalam politik) tentu saja hal ini akan memberikan impact yang negatif terhadap pasangan ini nantinya.

pribadi yang komit sebagai personal
branding yang dimiliki SBY tentu akan tenggelam oleh pribadi yang plin
plan sebagai personal image JK atas sikap dan tindak tanduk yang
dilakukan JK beserta Partai Golkar. karena, biasanya image negatif
lebih mudah dan cepatberkembangnya, dibandingkan image positif yang harus dibangun step by step dan butuh perjalanan yang panjang.

tentu saja hal ini tidak akan dilakukan
oleh JK, karena hal ini sama saja dengan menampar muka sendiri, dan
pembunuhan karakter diri sendiri.

hal ini tetap dapat dilakukan walaupun
dengan cara lain, misalnya membuat seakan-akan ada pergantian
kepemimpinan Golkar, dengan melakukan munas luar biasa, kemudian tokoh
lain, seperti Agung Laksono maju menjadi Ketua Umum, yang selanjutnya
bergandengan tangan dengan SBY untuk maju dalam pilpres. tentu saja hal
ini dapat saja dilakukan, karena katanya Partai Golkar adalah partai
yang sudah sangat tua, sehingga, para kadernya memiliki kemampuan yang
luar biasa, dan dapat melakukan apa saja agar partai ini dapat selalu
menjadi partai pemerintah, atau partai penguasa.

jika hal ini tetap dilakukan , ada
kemungkinan besar, prabowo akan memenangkan pilpres, tentu saja
berpasangan dengan pimpinan partai lain seperti PKS, dan didukung oleh
partai-partai lain (diluar PDIP) agar memenuhi persyaratan mengajukan capres dalam hal ini 25 % suara nasional, karena tidak dapat memenuhi 20 % kursi DPR.

yang mana saja bolehlah.. yang penting yang benarlah yang akan menang.

mungkin sudah saatnya Partai Golkar
menjadi partai Oposisi, tidak masuk dalam kepemerintahan, dan
kemungkinan besar.. partai ini justru menjadi oposan yang sangat aktif,
karena memiliki jam terbang tinggi, dan tentu saja hal ini merupakan
hal yang baik, karena pemerintahaan yang terpilih nantinya akan
mendapat sparing partner yang mantap.

(ada pertanyaan, kenapa PDIP tidak
diperhitungkan, karena dengan masuknya PDIP dalam koalisi yang
mengusung Prabowo, justru akan membawa citra yang negatif yang akan
merusak kekuatan pembaharuan yang dibawah oleh Prabowo, ini bukan
subyektifitas atau sikap sentimen pada PDIP, justru merupakan sarana
untuk instrospeksi diri… semoga.)